Perlukah Air Tajin untuk Bayi?

bayi minum tajinOrang tua dulu mungkin sering berkata, “Kalau bayi kurang kenyang atau diare, kasih air tajin saja”. Benarkah ungkapan tersebut? Sementara di masyarakat kita, tajin untuk bayi itu sudah biasa, bahkan masih banyak yang memberikan air tajin sebagai minuman bayi.

Inilah faktanya :

1. Bila ditinjau dari komposisi 4 SEHAT 5 SEMPURNA, air tajin hanyalah air rebusan beras dan tidak mengandung nutrisi lain selain karbohidrat. Jadi, bayi hanya akan bertambah gemuk, namun tidak berisi jika bayi minum tajin saja. Bahkan bayi beresiko mengalami obesitas, dan beresiko terserang penyakit degeneratif pada masa tuanya.

2. Kalau pada jaman dulu, bayi minum tajin sebagai pengganti susu bila ASI tidak ada. Namun, sekarang gantilah minuman bayi dengan susu sapi atau susu formula hingga bayi berusia 6 bulan. Setelah berusia 6 bulan, barulah organ pencernaan bayi siap menerima menu pendamping ASI/susu.

Jangankan air tajin, memberikan air putih kepada bayi yang belum berusia 6 bulan saja bisa merusak ginjalnya dan mengakibatkan gangguan kesehatan yang fatal.

3. Masa 5 tahun pertama kehidupan seorang anak merupakan saat-saat penting pertumbuhan otak yang mempengaruhi kecerdasannya. Itulah sebabnya, berikanlah nutrisi yang mendukung pertumbuhan fisik dan otaknya. Bila bayi yang sudah berusia di atas 6 bulan diberi minum air tajin, tambahkan vitamin atau nutrisi lainnya.

4. Bila bayi diare, jangan memberikan tajin untuk bayi, secara klinis air tajin tidak akan menghentikan diare. Untuk mengatasinya, terus berikan ASI atau minuman bayi berupa susu untuk mengganti cairan yang terbuang. Selain itu ASI juga mengandung elektrolit yang sangat dibutuhkan oleh bayi yang sedang mengalami dehidrasi akibat diare.

Sebagai pengganti air tajin, bagi bayi yang sudah memasuki usia 6 bulan, mulailah memberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI), seperti bubur susu. Lakukan perlahan-lahan agar bayi terbiasa dengan tekstur makanan padat dan pencernaannya bisa menyesuaikan dengan tekstur makanan yang baru.

Apakah Tape Aman untuk Bayi?

tape untuk bayiPada dasarnya tape merupakan makanan yang memiliki kandungan alkohol. Bagi bayi yang masih berada di dalam kandungan, alkohol bisa menghambat pertumbuhan bayi. Oleh sebab itu, ibu hamil sebaiknya tidak makan tape. Tape tidak aman bagi bayi dalam kandungan.

Untuk bayi yang telah lahir, tape sebaiknya diberikan sebagai makanan bayi untuk usia 2 atau 3 tahun ke atas. Ragi tape terbilang keras untuk pencernaannya. Makanan bayi yang berupa tape ini memang umumnya disukai anak karena teksturnya yang empuk dan rasanya yang manis. Namun perhatikan untuk tidak terlalu banyak memberikan makanan bayi berupa tape meskipun sang anak sangat menyukainya. Selama tape diberikan dalam porsi yang sedikit maka tape aman untuk bayi.

Pengecualian pada bayi dengan pencernaan yang sangat sensitif. Biasanya setelah bayi makan tape, mukanya akan memerah dan muntah. Jika bayi mengalami hal ini dan terkena diare maka hentikan pemberian tape untuk bayi. Hal ini artinya sang bayi belum siap untuk menerima kandungan keras dalam tape.

Pemberian tape yang berlebihan bisa membuat pencernaan bayi sakit. Selain itu, bisa-bisa kandungan alkohol di dalamnya memabukkan bayi. Bayi menjadi mabuk bisa karena alkohol menjadi racun di tubuhnya dan hal ini tidaklah diinginkan karena bisa menghambat pertumbuhannya. Namun selama porsinya sedikit maka makanan tape aman. Takaran porsi yang aman untuk anak maksimal 30 gram saja sehari dan sebaiknya makannya tidak sekaligus 30 gram.

Jenis tape singkong diakui memiliki kandungan vitamin A dan dan karbohidrat. Untuk membuat makanan bayi dari tape, pilihlah tape singkong yang berwarna kuning. Tape ini memiliki kandungan vitamin A yang lebih banyak daripada tape yang berwarna putih. Tapi hati hati jika tape sudah terlalu tua yang berarti kadar alkoholnya terlalu tinggi. Oleh sebab itu, jika ingin memberikan tape untuk bayi, pilihlah yang tidak terlalu matang namun berwarna kuning.

Makanan bayi yang berupa tape mengandung berbagai macam bakteri baik. Oleh sebab itu, sering kali disebut sebagai sumber prebiotik. Selain itu, tape sebagai makanan bayi bermanfaat pula untuk memberikan kehangatan. Oleh sebab itu, camilan berbahan dasar tape cocok diberikan saat musim hujan atau cuaca dingin. Selain itu, tape bisa menjadi sumber tenaga untuk beraktivitas karena kandungan energinya yang hampir setara dengan nasi.

Piramida Makanan Untuk Bayi

piramida makanan bayiMenu makanan bayi sebaiknya dibuat berdasarkan piramida makanan bayi. Piramida makanan bayi berbentuk segitiga yang menggambarkan konsep makanan sehat dengan gizi seimbang. Seperti bentuk piramida, di bagian paling bawah merupakan porsi terbesar yang bisa dimakan bayi. Sedangkan bagian atas adalah makanan yang dibutuhkan bayi namun dalam porsi sedikit saja. Dengan menyusun menu makanan bayi sesuai piramida maka nutrisi untuk bayi dapat dengan mudah terpenuhi.

Di bagian paling bawah piramida makanan bayi adalah kelompok beras dan gandum. Dalam hal ini, orangtua bisa memberikan bubur nasi, sereal yang dimasak maupun roti. Supaya anak tidak bosan dengan makanan yang mengandung kabohidrat ini maka variasikan jenis makanan. Bisa juga dibuat pasta, beras merah, mie ataupun havermut. Orangtua perlu meningkatkan tekstur makanan kelompok gandum ini secara bertahap.

Di atas kelompok gandum terdapat kelompok nabati atau sayuran. Sayuran terbukti kaya nutrisi untuk bayi, pilihlah sayur yang berwarna hijau gelap. Sayuran seperti brokoli, bayam, wortel sangat baik untuk bayi. Sayuran biasanya diolah dengan dikukus dan dipotong kecil-kecil.

Piramida makanan bayi yang ketiga adalah jenis buah. Buah kaya akan vitamin dan mineral yang sangat berguna untuk memenuhi kebutuhan nutrisi untuk bayi. Buah pisang, apel, pir, tomat sangat baik untuk bayi. Dalam menyajikan buah sebaiknya satu macam dulu. Buah dalam bentuk jus bisa diberikan kepada bayi tapi tetap lebih bagus potongan buah segar. Hindari buah kering atau buah yang ada dalam kaleng karena biasanya mengandung bahan pengawet.

Berikutnya adalah kelompok susu. Susu sapi segar atau susu bubuk full cream sebaiknya diberikan setelah anak berusia 1 tahun ke atas. Kelompok susu lainnya adalah keju dan yoghurt yang bisa diberikan pada bayi mulai usia 9 bulan.

Menu makanan bayi selanjutnya adalah jenis daging. Daging diperlukan oleh bayi karena mengandung banyak protein. Untuk bayi berikan daging yang dipotong kecil dan teksturnya empuk. Daging itu bisa daging sapi, ayam atau kelompok unggas dan ikan. Sebaiknya hindari pemberian daging yang dimasak dengan santan.

Piramida makanan bayi paling atas adalah jenis lemak, minyak dan gula. Bayi memang membutuhkan jenis makanan ini namun dalam porsi yang sedikit. Kelebihan lemak, minyak dan gula bisa menghambat pertumbuhan bayi dan bahkan menyebabkan obesitas. Sebaiknya bayi diberikan lemak tak jenuh karena lebih baik daripada lemak jenuh yang bisa meningkatkan kolesterol. Makanan yang mengandung lemak tak jenuh dan cocok untuk bayi seperti kacang, jagung dan zaitun.

Dengan memberikan makanan berdasarkan piramida makanan bayi, niscaya nutrisi untuk bayi akan tercukupi. Yang terpenting sebenarnya adalah menghindari makanan yang tidak baik untuk bayi. Seperti misalnya makanan yang terlalu manis atau asin, minuman ringan, es krim dan makanan instan. Memvariasikan menu makanan bayi sesuai piramida akan menjadi kebiasaan yang sehat untuk anak kelak. Sajikan makanan, susu, sayur, buah dan daging dengan porsi yang sesuai usia bayi setiap harinya.

Berbagai Hal yang Bisa Menyebabkan Bayi Diare

bayi diareDiare memang sering menyerang anak bayi dan tidak memandang usia. Usia bayi yang rentan terkena diare adalah 12 hingga 24 bulan. Bayi diare adalah hal yang wajar karena pencernaannya memang sedang beradaptasi dengan berbagai makanan dan minuman yang masuk. Oleh sebab itu, makanan dan minuman bisa menjadi salah satu penyebab diare. Makanan yang terlalu asam, terlalu manis atau asin bisa menyebabkan anak bayi terkena diare. Selain itu, bisa saja anak memang memiliki alergi terhadap makanan tertentu seperti telur dan ikan.

Penyebab bayi diare juga karena infeksi virus dan bakteri. Virus yang sering menjadi penyebab diare bernama Rotavirus. Biasanya Rotavirus menyerang anak bayi usia 6 bulan hingga 1 tahun. Sedangkan bakteri yang menyebabkan diare seperti vibrio cholera, salmonella dan sebagainya. Virus dan bakteri ini ditularkan bisa melalui udara, air atau makanan dan minuman.

Pemberian obat kimia dan obat antibiotik juga bisa menyebabkan diare. Antibiotik biasanya diberikan saat anak sedang dalam masa penyembuhan suatu penyakit. Antibiotik ini malahan bisa ikut membunuh bakteri baik yang hidup dalam pencernaan. Akibatnya terjadilah diare.

Penyebab bayi diare lainnya berkaitan dengan laktosa yang terkandung di dalam susu. Anak bayi yang mengonsumsi susu formula secara berlebihan bisa terkena diare. Bayi membutuhkan laktose yakni suatu enzim yang digunakan untuk mencerna laktosa. Jika bayi tidak bisa memproduksi enzim laktose dalam jumlah yang cukup maka bayi tidak bisa mentoleransi makanan yang mengandung laktosa dan kemudian mengalami diare.

Faktor lingkungan juga dapat menjadi penyebab bayi diare. Kondisi kamar bayi dan rumah harus bersih. Begitupula dengan kualitas dari air yang akan dikonsumsi bayi harus terjamin kebersihannya. Segala sesuatu yang dipegang dan bahkan yang akan masuk ke dalam mulut bayi tidak boleh kotor. Sebut saja botol susu bayi yang tidak bersih maka akan mudah tercemar oleh kuman dan berpotensi menyebabkan diare. Selain lingkungan, kekurangan gizi juga bisa menjadi faktor lainnya. Anak bayi yang kurang gizi akan mudah mengalami dehidrasi dan tidak mampu untuk melawan kuman penyakit diare.

Penyebab Muntah dan Gumoh Pada Bayi

bayi muntahPara Ibu muda yang baru menyusui, biasanya panik karena menemukan masalah bayi gumoh. Pada dasarnya semua itu lazim terjadi. Penyebab bayi gumoh adalah karena terlalu kuat menyedot ASI atau susu, sehingga tercampur dengan udara. Jadi ketika bayi bergerak cepat, tekanan dalam perutnya akan menjadi tinggi.

Bayi gumoh ini tidak terlalu berbahaya karena ketika bayi gumoh itu mengalir begitu saja dari mulutnya tanpa ada kontraksi dari perut bayi. Pada bayi gumoh ia mengeluarkan kurang dari 10cc ASI atau susu yang ia minum. Bayi gumoh biasanya terjadi pada minggu-minggu awal kelahiran bayi. Biasanya gumoh pada bayi akan berkurang seiring dengan pertumbuhan usianya.

Para orang tua biasanya menyamakan bayi gumoh dengan bayi muntah. Padahal ini merupakan hal yang berbeda. Pada bayi muntah biasanya terjadi kontraksi otot dari perut sehingga menyebabkan sakit pada bayi. Bayi muntah adalah pengeluaran isi lambung atau esophagus secara paksa melalui mulut. Para orang tua harus mewaspadai bayi muntah. Bayi muntah adalah salah satu gejala gangguan pencernaan pada bayi. Bahaya bila bayi muntah ASI atau susu yang sudah masuk ke lambung kemudian mengalir ke saluran pernafasan seperti paru-paru. Hal itu bisa menyebabkan rusaknya paru-paru bayi karena susu atau ASI yang terbawa dari lambung sudah tercampur dengan asam.

Penyebab bayi muntah yang sering ditemui adalah ibu menyusui bayi dengan posisi tidur. Seharusnya bayi disusui adalah keadaan tegak sedangkan sang ibu semi tegak, hal ini dapat melancarkan ASI atau susu yang masuk ke tubuh bayi dan langsung ke saluran pencernaannya. Sendawakan bayi sebelum pindah ke puting susu yang lain. Jika bayi menyusu lewat botol susu, pastikan agar lubang pada botol susu bayi pas ukurannya tidak terlalu besar atau kecil. Penyebab bayi muntah lainnya adalah alergi susu formula. Pastikan bayi tidak alergi pada susu formulanya. Hal ini dapat dikonsultasikan pada dokter anak terlebih dahulu sebelum memberikan susu formula kepada bayi.

Penyebab bayi muntah lainnya adalah stenosis pylorus ini adalah salah satu kelainan bedah anak. Hal ini sangat jarang terjadi namun para orang tua harus mewaspadainya dengan memahami tanda-tanda anak yang terkena penyakit ini. Tanda dari penyakit ini adalah bayi muntah dengan kuat dan terus menerus sehingga mengalami penurunan berat badan. Bayi sering terkena dehidrasi. Mulut bayi kering, keriput pada kulit, mata kering, dan perut membengkak. Segera periksakan bayi jika menemukan tanda-tanda seperti itu.

Apa Yang Menyebabkan Bayi Kejang?

bayi kejangTak jarang bayi Indonesia mengalami kejang dan hal ini sangat mengkhawatirkan bagi para orangtua. Sebenarnya apa yang menjadi penyebab bayi kejang? Kejang demam atau kejang yang disertai demam biasanya terjadi karena bayi memang mengalami suatu penyakit. Contohnya, bayi terkena infeksi pada saluran pencernaannya yang menyebabkan dia demam dan kemudian kejang. Penyakit lainnya yang bisa menyebabkan kejang pada bayi adalah penyakit radang telinga, infeksi pada paru dan infeksi lainnya.

Penyakit diabetes mellitus yang diderita oleh ibu bisa juga menjadi penyebab bayi kejang. Ibu yang terkena penyakit kencing manis ini bisa menyebabkan bayi mengalami kekurangan kadar gula darah. Selain itu, bayi yang pada saat lahir memiliki berat badan lebih dari 4 kg memiliki resiko terkena kejang hingga hari ke-28 dia dilahirkan. Kejang yang timbul karena dua hal di atas biasanya tidak disertai demam.

Kejang yang tidak disertai demam biasanya juga terjadi karena kelainan di otak. Penyakit yang mengganggu fungsi otak bayi bisa membangkitkan kejang. Misalnya perdarahan, tumor dan radang yang terjadi di otak. Dalam hal ini kejang berkaitan dengan otak karena di dalam otak terdapat pusat syaraf tubuh.

Kondisi pada saat hamil juga bisa menyebabkan kejang pada bayi jika ibu terinfeksi salah satu dari virus TORCH. Selain itu, proses kelahiran juga bisa mempengaruhi kejang pada bayi Indonesia. Seperti misalnya pada saat menjelang kelahiran, bayi mengalami infeksi atau cedera. Demikian pula dengan proses kelahiran yang sulit dan bayi yang lahir kuning. Hal-hal ini membuat asupan oksigen ke otak berkurang sehingga bayi mengalami kejang.

Kejang pada bayi juga bisa disebabkan karena bayi memang menderita penyakit epilepsi. Biasanya kejang karena epilepsi lama. Penyebab lain seperti terjadinya gangguan pada peredaran darah dan gangguan metabolisme. Demikian pula karena keracunan makanan, alergi terhadap sesuatu serta cacat bawaan bisa membuat bayi kejang.

Memang ada banyak kemungkinan yang bisa menyebabkan bayi kejang. Bisa juga karena bayi demam. Tingginya suhu tubuh bayi bisa menyebabkan dia menjadi kejang. Sebaiknya bila anak pernah mengalami kejang, konsultasikan ke dokter untuk mengetahui penyebab pastinya.

Apa Ciri-Ciri Bayi Obesitas?

Kegemukan pada bayiKegemukan pada bayi bisa-bisa menjadi pertanda bahwa bayi mengalami obesitas. Jika orangtua bayi keduanya gemuk maka kemungkinan 80% anak akan ikut gemuk sedangkan jika salah satu saja dari orangtuanya gemuk maka kemungkinan 40% anak menjadi gemuk. Oleh sebab itu, orangtua yang merasa diri gemuk perlu mewaspadai kemungkinan kegemukan diturunkan pada bayi mereka.

Ciri obesitas yang mudah dilihat adalah dari ciri fisik bayi tersebut. Jika bayi nampak gemuk dan besar maka periksalah berat badan bayi untuk meyakinkan apakah dia obesitas atau tidak. Berat bayi yang berada di atas rata-rata berat normal untuk usianya menandakan gejala obesitas. Selain itu, index massa tubuh bayi bisa dihitung untuk lebih meyakinkan lagi. Index massa tubuh sama dengan berat badan bayi (kg) dibagi {tinggi badan bayi (cm)/100) x 2}. Jika nilainya sama dengan atau lebih dari 0,95 maka bayi mengalami obesitas. Ciri obesitas juga dapat diketahui dengan perbandingan antara berat badan bayi dengan berat badan ideal yang seharusnya. Jika nilai perbandingannya sama dengan atau lebih dari 120% maka bayi positif terkena obesitas. Dan lagi, jika berat bayi naik secara berlebihan selama 1 hingga 3 bulan dan kenaikannya di atas rata-rata kenaikan berat bayi maka bisa saja bayi terkena obesitas.

Tidak hanya dari pengukuran berat badan, ciri obesitas bisa dilihat dari bentuk fisik yang lebih spesifik. Kegemukan pada bayi ditandai dengan adanya banyak lipatan pada tubuhnya terutama di bagian dagu. Pipi bayi tampak tembam dan lehernya pendek. Tubuh bayi terlihat tidak proporsional karena tinggi badan tidak senormal tinggi badan ideal seusianya.

Pada bayi laki-laki, ciri obesitas terlihat dari pembesaran payudara di dadanya. Selain itu, bayi laki-laki ini justru memiliki alat kelamin yang kecil. Hal ini disebabkan karena jaringan lemak di daerah alat kelaminnya menumpuk dan menghambat perkembangan alat kelaminnya.

Kegemukan pada bayi bisa juga dikenali dari pola makan dan pola hidup yang dialami oleh bayi. Misalnya jika bayi memang jarang bergerak atau kurang melakukan kegiatan dan aktivitas. Pola makan bayi yang berlebihan serta tidak bergizi. Jika hal ini terjadi maka orangtua harus mewaspadai obesitas pada bayi mereka.

Mengenai Saya

Foto saya
Selamat datang dan terima kasih telah berkunjung ke bundabundaku. Berawal dari pengalaman mengurus anak dan suami tercinta kebetulan saya gemar membaca dan menulis' kata lain cari info dari Dunia Lain ” ( baca : Dunia maya ). Blog ini terispirasi dengan gemarnya suami saya mengotak ngatik komputer serta ingin berbagi ilmu kepada bunda muda. Tujuan utama lahirnya blog ini memang untuk ” belajar dan belajar ” tetapi terlepas dari itu saya ingin berbagi cerita kepada sesama blogger. Terlahir dengan nama farida yanti, 37 tahun silam. Semenjak lahir dan besar di bandung. putra - putra tercinta Resta arly rustandi dan Raditya farrel rustandi serta Usep rustandi sebagai Pelabuhan hatiku. buat bunda tercinta yang ingin bersilaturahmi dengan saya dapat menghubungi saya di faridayanti75@gmail.com. Salam Blogsphere.
Diberdayakan oleh Blogger.